Sport

Pageviews

News World

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blogroll

Blogger templates

Blogger news

Recent Comments

animasi mangekyu sharingan itachi uchiha


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

RYHTHRTYH

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KESETIAN DEWABRATA


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bharatayudha (5) Timpalan – Burisrawa Gugur

l and Intangible Heritage of Humanity
Prabu Matswapati Tanya kepada Raden Wrekudara bagaimana dalam menghadapi Prabu Partipa, Raden Wrekudara bilang bahwa Prabu Pratipa sudah gugur beserta gajahnya Kyai Jayamaruta. Belum nyampai selesai dalam berbicara, Patih Udakawara datang, melaporkan bahwa Ngastina sudah ada senopati lagi yaitu raden Harya Burisrawa dan Senopati Pendamping Raden Windandini.

Prabu Matswapati minta petunjuk kepada Prabu Kresna, siapa tandingannya, tiada lain adalah raden Harya Sencaki Romo Prabu. Sebetulnya Raden Harya Wrekudara tidak setuju bila Raden Harya Sencaki yang mnejadi tandingannya. Sebaiknya saya saja, karena yang sama-sama tingginya, perkasanya. Tetapi Bathara Kresna tetap menunjuk Raden Harya Sencaki, karena sebelumnya keduanya sudah ada perjanjian, bila Baratayuda terjadi akan saling ketemu sebagai tandingannya. Akhirnya Raden Wrekudara setuju tapi dengan satu syarat asalkan kuat menerima lemparan gada dari Raden Wrekudara.
Akhirnya antara Raden Wrekudara dengan Raden Harya Sencaki terjadi lempar-lemparan gada. Raden Harya Sencaki dinilai kuat menerima lemparan gada dari Harya Wrekudara dan kuat melempar, akhirnya Raden Harya Wrekudara setuju bila sebagai tandingannya Raden Burisrawa Raden Sencaki. Setelah minta do’a restu kepada Prabu Matswapati dan yang hadir, Raden Harya Sencaki segera berangkat ke medan perang.
Dari kejauhan sudah terdengar tantangan-tantangan dari prajurit-prajurit Ngastina, raden Janaka yang kadang masih lupa ingatannya karena masih sedih akibat kematian abimanyu, ketemu dengan Senopati Pendamping Raden Windandini, terjadi pertempuran, sama-sama kuatnya, tetapi Raden Janaka melepaskan Jemparing, gugurlah Raden Windandini.
Raden Sencaki sudah saling menyapa dengan Raden Harya Burisrawa. Sama-sama puasnya bisa ketemu untuk bertanding sesuai dengan janjinya.
Terjadi pertempuran sengit, Raden Sencaki semakin lama semakin menurun staminanya, kewalahan menghadapi keerkasaannya Raden Burisrawa.
Prabu Bathara Kresna melihat Adindan Raden Harya Sencaki kerepotan dalam menghadapi musuh, lalu memerintahkan kepada Raden Janaka supaya Njemparing rambut yang dipegangnya, tapi rambut yang dipegang sejajar dengan lehernya Raden Burisrawa.
Akhirnya Raden Janaka melepaskan jemparing pasopati, karena Raden Janaka kadang masih lupa ingatan, jemparing meleset kena pinggir tidak kena tengah-tengah, rambut tatas putus bablas mengenai bau Raden Burisrawa sampai timpal, maka tema ini juga disebut TIMPALAN.
Sesudah Raden Burisrawa kena pasopati, Raden Sencaki melepaskan jemparing kena lehernya Raden burisrawa sampai putus, akhirnya gugur di palagan Raden Burisrawa.
Raden Sencaki besar kepala karena bisa membunuh Raden Burisrawa akhirnya sombong tidak tahunya pada waktu Raden Sencaki kerepotan dalam perang telah dilepasi pasopati oleh Raden Janaka, yang membuat Raden Burisrawa lemah karena timpal baunya. Lalu Raden Sencaki mudah keluar dari cengkraman musuh akhirnya melepaskan jemparing sampai gugur Raden Burisrawa terkena lehernya. Padahal sebelumnya sudah mendapat perhatian dari Bathara Kresna, jangan sombong. Tetapi karena merasa menang dalam pertandingan melawan Raden Burisrawa, sampai tidak ingat kata welingnya Prabu Bathara Kresna jangan sombong.
Setelah tahu Raden Sencaki sombong Prabu Bathara Kresna mendekati dan menceritakan apa adanya tentang gugurnya Burisrawa. Raden Sencaki merasa malu, diam saja lalu pergi meninggalkan Prabu Bathara Kresna tanpa minta ijin.
Para prajurit dari Ngastina tahu yang tadinya Raden Burisrawa unggul dalam peperangan tapi baunya bisa timpal lalu pada bilang kalau Pandawa curang dalam peperangan.
Prabu Bathara Kresna mendengar berita bahwa pandawa curang dalam peperangan, akhirnya mendekati para Kurawa memberi keterangan bahwa timpalnya bau dari harya Burisrawa tidak ada unsur kesengajaan. Itu kena pasopati pada waktu Raden Janaka gladi melepas jemparing.
Prabu Salya marah akan membunuh para Pandawa, tetapi dihalang-halangi Patih Harya Sengkuni, supaya mundur melaporkan bahwa Raden Burisrawa gugur di medan perang.
SUMBER:WAYANG.WORDPRES.COM

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (15) Permusuhan Narayana dengan Kangsa


Dewi Maherah yang sedang hamil tua tidak jadi dibunuh oleh
Harya Prabu Rukma. Ia ditolong Bagawan Anggawangsa
dan diajak ke pertapaan Wisarengga. (karya herjaka HS 2008)

Kresna banyak terlibat dalam beberapa cerita, berkedudukan sebagai tokoh sampingan, tokoh pelengkap dan tokoh utama. Berikut ini beberapa cerita yang melibatkan Kresna sabagai tokoh utama. Cerita permusuhan Narayana dengan Kangsa dimuat dalam beberapa cerita atau lakon. Antara lain dalam cerita Kangsadewa, Kangsa Adu Jago dan Kangsa Adu-adu. Isi ketiga cerita itu hampir sama, yaitu cerita sejak Kangsa merebut atau meminta Kerajaan Mandura dari kekuasaan Basudewa. Kemudian kerajaan itu berhasil direbut kembali oleh Kakrasana (nama Baladewa sewaktu muda) dan Narayana (nama Kresna sewaktu muda). Isi ringkas yang dimuat dalam cerita Kangsadewa sebagai berikut:
Pada suatu ketika Raja Basudewa pergi berburu ke Hutan Kumbina. Sepeninggal raja ke hutan, datanglah raja Gorawangsa dari Negara Guwabarong yang menyamar wujud Basudewa masuk ke istana Mandura. Basudewa palsu tersebut berhasil memikat isteri Basudewa asli yang bernama Maherah.
Dikisahkan bahwa Basudewa yang sedang dalam medan perburuan di hutan berhasil membunuh harimau putih dan naga. Namun hati Sang Raja merasa tidak enak, lalu menyuruh Harya Prabu Rukma kembali ke istana untuk menyelidiki jika ada hal-hal yang tidak beres. Ternyata benar apa yang dikhawatirkan Raja Basudewa. Istana keputrian kemasukan penjahat yang menyamar sebagai Basudewa dan berhasil menggauli Maherah. Basudewa palsu berhasil dimusnahkan oleh Harya Prabu Rukma sehingga kembali berwujud Gorawangsa.
Harya Prabu Rukma kembali ke hutan Kumbina, melapor peristiwa yang terjadi di istana. Setelah mengerti perbuatan Gorawangsa dengan Maherah, raja Basudewa menyuruh agar Maherah dibunuhnya. Harya Prabu Rukma mendapat tugas untuk membunuhnya. Maherah dibawa ke hutan. Namun setelah sampai di hutan, Harya Prabu Rukma tidak sampai hati membunuh Maherah, lalu ditinggalkannya ia di tengah hutan.
Sepeninggal Harya Prabu Rukma, Bagawan Anggawangsa datang dan membawa Maherah ke Pertapaan Wisarengga. Di pertapaan, Maherah melahirkan bayi laki-laki berujud raksasa. Setelah melahirkan, Dewi Maherah meninggal dunia. Bayi itu diberi nama Kangsa, yang dipelihara sampai dewasa.
Setelah dewasa Kangsa menanyakan ayahnya kepada Bagawan Anggawangsa. Sang Begawan menerangkan bahwa Kangsa adalah anak Maherah, isteri raja Mandura. Diceritakan bahwa ibu Kangsa meninggal setelah melahirkan, dan Kangsa dipungut oleh Bagawan Anggawangsa. Kemudian Kangsa diminta pergi ke Mandura.
Suratimantra yang berkuasa di Guwabarong hendak membalas kematian Gorawangsa, ingin menghancurkan kerajaan Mandura. Ia kemudian menyiapkan prajurit untuk menyerang kerajaan Basudewa.
Kangsa sampai di Gowardana dan berjumpa dengan Ugrasena. Kangsa berkata ingin menghadap raja Basudewa. Dengan kata-kata manis Ugrasena berjanji akan menghantar Kangsa menghadap raja, tetapi diminta supaya mengusir musuh yang menyerang kerajaan Mandura. Kangsa menyanggupinya. Ia lalu pergi melawan perajurit Suratimantra. Setelah Suratimantra tahu yang dihadapi Kangsa, ia mengira Kangsa adalah anak Gorawangsa. Suratimantra menyerah tanpa berperang, lalu dibawa menghadap Basudewa. Ugrasena bercerita tentang musuh yang datang dan pimpinan perajurit bernama Suratimantra menyerah kalah. Basudewa gentar menghadapi Kangsa. Kangsa diaku anak dan dinobatkan menjadi Adipati Sengkapura bergelar Kangsadewa, sedangkan Suratimantra diangkat menjadi patih di Sengkapura.
Adipati Kangsadewa tahu bahwa raja Basudewa mempunyai tiga anak bernama Kakrasana, Narayana dan Bratajaya. Mereka diasuh oleh Demang Antagopa dan Nyai Sagopi di Widarakandang. Adipati Kangsadewa menyuruh Kala Akura dan para prajurit untuk menyerang Widarakandang, dan menangkap tiga anak Basudewa.
Prajurit Sengkapura yang dipimpin oleh Kala Akura menyerang Widarakandhang. Kebetulan Kakrasana dan Narayana sedang pergi ke pertapaan. Demang Anantagopa ditangkap dan dibunuh, namun Bratajaya dan Larasati berhasil dibawa lari oleh Nyai Sagopi. Nyai Sagopi, Bratajaya dan Larasati berjumpa Arjuna. Mereka minta perlindungan. Raksasa yang mengejar mereka musnah oleh Arjuna. Setelah bebas dari serangan raksasa mereka sepakat untuk mencari Kakrasana dan Narayana.
Kangsadewa ingin merebut tahta kerajaan Mandura. Suratimantra menyarankan agar mengajak mengadu manusia. Suratimantra sanggup menjadi jago, dan taruhannya negara. Kangsadewa menyetujui usul Suratimantra, lalu berkirim surat kepada raja Basudewa. Dalam surat itu Kangsadewa mengajak mengadu jago, taruhannya negara. Basudewa gentar menghadapi Kangsadewa, sehingga tanpa dipertimbangkan permintaan Kangsadewa disanggupinya. Harya Prabu Rukma diminta pergi mencari jago. Harya Prabu Rukma menyanggupinya, lalu mohon pamit akan mencari anak Pandhu. Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Bratasena yang sedang mencari Arjuna. Bratasena dibujuk oleh Harya Prabu Rukma untuk menjadi jago melawan Suratimantra. Bratasena pun sanggup diajak ke Mandura.
R.S. Subalidinata
sumber:wayang.wordpres.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (12) Mendapat Menantu

Rukmini merasa tentram di dalam pelukan
Narayana atau Kresna, seorang Raja titisan Wisnu
(karya Herjaka HS 2008)
Raja Bismaka duduk di atas singgasana, dihadap oleh Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa serta para menteri Negara Kumbina. Tidak beberapa lama, datanglah raja Duryodana mengawal Pendeta Drona, untuk melamar Dewi Rukmini. Raja menerima kedatangan mereka dengan hormat. Setelah mengutarakan maksudnya, Raja Bismaka memohon agar wakil dari pelamar yang dipimpin oleh Duryodana menebak makna teka-teki sayembara. Pendeta Drona menjelaskan makna teka-teki. Jawaban Pendeta Drona dianggap benar oleh raja Bismaka. Pendeta Drona disambut oleh raja, supaya masuk ke Taman Keputren, dikawal oleh Rukmana.
Rukmini menjadi kebingungan dan bersedih hati. Ia menganggap jawaban Pendeta Drona tidak benar, maka ia menangis di hadapan ibunya. Ia tidak bersedia dikawinkan dengan pendeta tua itu. Rukmana datang menghantar Pendeta Drona, Rukmini lari ketakutan. Rukmana kembali menghadap raja. Pendeta Drona hendak memeluk permasuri raja yang dikiranya Rukmini. Permaisuri pun lari menyembunyikan diri.
Rukmini meninggalkan istana Keputren, masuk ke Taman. Di Taman ia melihat Narayana, lalu didekatinya untuk minta perlindungan. Rukmini bercerita bahwa dirinya tidak bersedia diperisteri Pendeta Drona, karena ia telah jatuh cinta kepada Narayana. Narayana menyambut dengan senang hati dan sanggup melindunginya.
Pendeta Drona tiba di Taman. Narayana menyongsongnya dalam wujud raksasa besar. Narayana tiwikrama, melangkah menyergap sang pendeta. Pendeta Drona lari ketakutan, menghadap raja Bismaka dan berkata bahwa raksasa besar masuk di Taman dan membawa lari Rukmini.
Raja Bismaka mendengar laporan peristiwa dalam istana, lalu meminta bantuan Yudhistira dan Duryodana. Warga Korawa dan Pandhawa berusaha melawan raksasa besar itu. Raksasa mengamuk, Patih Sengkuni lari bersama warga Korawa. Yudhistira didorong-dorong maju menyerang, tetapi hanya diam, berdiri memandang lawannya. Bima cepat-cepat menyambut raksasa, sehingga sang raksasa mundur sembunyi di Taman. Bima pun menyerang tapi raksasa menghilang. Bima merusak Taman, mencari raksasa. Pandhawa dan Korawa yang hadir di Kumbina tidak mampu melawan raksasa besar itu.
Raja Bismaka berunding dengan Yudhistira, mereka menyayangkan ketidak hadiran Harjuna. Nakula disuruh mencarinya lalu kembali ke Ngamarta. Arjuna sedang menghadap Kunthi, lalu diberitahu oleh Nakula hal-ikhwal yang terjadi di Kumbina. Arjuna diminta menolong keselamatan negara Kumbina. Arjuna dan Nakula pin berangkat bersama menuju Kumbina.
Raja Bismaka menyambut kedatangan Arjuna. Setelah diberitahu maksud panggilannya, Arjuna pergi ke taman, tempat raksasa bersembunyi. Terjadilah perkelahian antara Arjuna dan Raksasa. Raksasa menghilang, dan dikabarkan mati oleh Arjuna..
Raja Duryodana tahu bahwa raksasa itu sebenarnya Kresna, lalu menyuruh agar Korawa menggempur Randhukumbala di Dwarawati. Sumbadra dan Udawa sedang asyik membicarakan kepergian Narayana. Warga Korawa datang menyerang, tetapi diusir oleh Udawa. Kemudian Arjuna datang menemui mereka berdua. Arjuna minta agar Udawa mencari Narayana, sebab akan dikawinkan dengan Rukmini di Kumbina. Sepeninggal Udawa ke Kumbina, Arjuna bercerita kepada Sumbadra bahwa Narayana mati dibunuhnya, karena melakukan pencurian di Kumbina. Sumbadra marah, lalu Arjuna diserangnya. Arjuna menyerah lalu diikat dan dibawa ke Kumbina. Sumbadra hendak menuntut kematian Narayana. Arjuna dan Rukmini harus dihukum mati karena mereka penyebab kematian kakaknya
Udawa menemui Kakrasana, lalu diajak pergi ke Kumbina, menunggui perkawinan Narayana dan Rukmini. Mereka menuju ke Kumbina.
Sumbadra menghadap raja Bismaka, menyerahkan Arjuna. Ia menuntut hukuman mati bagi Arjuna dan Rukmini. Raja menerima tuntutan Sumbadra, lalu disuruh menghadap permaisuri raja, minta agar Rukmini diserahkan kepadanya. Permaisuri raja menjawab bahwa Rukmini bersembunyi di Taman. Sumbadra datang ke Taman membawa keris terhunus. Dilihatnya Rukmini sedang duduk bersedih hati di Taman. Sumbadra mendekatinya, minta agar Rukmini menyerahkan diri. Setelah mengerti kedatangan dan maksud Sumbadra, Rukmini menyerah dan minta segera dibunuh. Ketika keris hendak ditikamkan ke dada Rukmini, Narayana datang menahannya. Sumbadra tercengang, Narayana ternyata tidak mati. Narayana minta agar Sumbadra dan Rukmini meninggalkan Taman.
Raja Duryodana datang menemui raja Bismaka, minta agar Pendeta Drona segera dikawinkan dengan Rukmini. Permaisuri berkata bahwa Rukmini tinggal di Taman. Warga Korawa pergi ke Taman tetapi tidak menemukan Rukmini, karena Rukmini dibawa lari Narayana. Warga Korawa mengamuk, Bima diminta memadamkan amukan itu. Warga Korawa berhasil diusir pergi dari Kumbina. Arjuna disuruh mencari Rukmini. Setelah bertemu, maka Arjuna, Rukmini dan Sumbadra menghadap raja Bismaka. Raja telah dihadap oleh Kakrasana, Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa dan warga Kumbina. Rukmini ditanya oleh raja, sungguhkah ia jatuh cinta kepada Narayana. Permasuri bercerita, bahwa telah lama anak perempuannya menerima balasan cinta dari Narayana. Permaisuri menginginkan menantu jelmaan Wisnu.
Kakrasana atas nama orang tua dan saudara minta maaf atas kesalahan adiknya. Kemudian, minta kerelaan raja untuk memperisterikan Rukmini dangan Narayana.
Raja Bismaka berkenan, Rukmini dan Narayana disambut dengan pesta perkawinan di Kumbina. (Sumber: Serat Padhalangan Ringgit Purwa. Jilid 23:3-8)
(RS. Subalidinata)
sumber:wayang.wordpres.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (10) Mendung Kelabu di Langit Mandura


Dewi Mahera dibuang di hutan (karya ke-1.840, Herjaka HS, 2008)

Di antara tiga isteri Basudewa yang cantik-cantik, yaitu Dewi Rohini, Dewi Dewaki dan Dewi Mahera, Dewi Maheralah yang paling mempunyai daya tarik. Oleh karenanya banyak raja yang mengincar Dewi Mahera. Dewi Mahera meyadari akan hal itu, namun ia tidak tahu pasti kejadian yang akan menimpa dirinya. Di suatu sore ketika sedang berbincang-bincang dengan para abdi, Dewi Mahera mengatakan sedih, selalu berdebar-debar, cemas dan khawatir akan keselamatan suaminya, raja Basudewa, yang sedang berada dalam perburuan. Dalam suasana yang demikian itu tiba-tiba datang Basudewa palsu. Mahera terkejut, sebab kedatangan raja tidak seperti biasanya yang memakai upacara penyambutan. Rasa heran Dewi Mahera belum terjawab, ketika Basudewa palsu berkata, bahwa ia tiba-tiba ingat isterinya dan merindukannya, ia ingin segera pulang dan mencumbu sepuasnya. Dewi Mahera tidak dapat berbuat banyak, walaupun perasaannya mengatakan lain, namun yang dihadapi adalah Basudewa, suaminya. Maka akhirnya mereka berdua melepas rasa rindu sebagai suami isteri.
Harya Prabu Rukma, yang diperintah raja untuk pulang dan mengawasi istana, datang mengelilingi istana. Ketika sampai di Keputren ia menjadi heran sebab raja Basudewa berada di istana Keputren. Lama ia berpikir, kemudian tumbuh rasa curiga. Harya Prabu Rukma berseru, memanggil-manggil isteri raja dari luar. Maka terjadilah pertengkaran mulut antara Basudewa palsu dengan Harya Prabu Rukma. Setelah yakin bahwa Basudewa yang masuk di Keputren tersebut adalah Basudewa palsu atau penjahat, menyeranglah Harya Prabu Rukma. Terjadilah perkelahian hebat. Harya Prabu Rukma melepaskan anak panah. Terkena anak panah tersebut, seketika hilanglah wujud Basudewa dan menjadi Gorawangsa. Maka Gorawangsa mengamuk di kerajaan Mandura. Namun pada akhirnya raja rasaksa itu mati terbunuh oleh panah Harya Prabu Rukma. Ditya Suksara turun dari angkasa, menyerang Harya Prabu Rukma. Tapi raksasa itu terkena panah rantai, tidak dapat bergerak, lalu menyerah kepada Harya Prabu Rukma. Harya Prabu Rukma memanggil patih Yudawangsa, lalu melaporkan peristiwa yang telah terjadi di istana tersebut. Patih Yudawangsa heran dan merasa bersalah karena sampai tidak tahu bahwa negara telah kedatangan musuh yang menyamar. Selanjutnya Harya Prabu Rukma mengikat dan membawa Ditya Suksara ke hutan perburuan untuk menghadap raja Basudewa.
Raja Basudewa sedang berbicara dengan Ugrasena tentang ilham dari dewa. Tidak lama kemudian datanglah Harya Prabu Rukma dengan membawa tawanan Ditya Suksara. Segala yang terjadi di kerajaan diceritakan kepada raja. Raja mengusut kehadiran Ditya Suksara di kerajaan Mandura. Ditya Suksara menceritakan kedatangan raja Gorawangsa yang ingin memperisteri raja Basudewa yang bernama Dewi Mahera. Ia minta ampun dan minta hidup. Bila ia tidak dibunuh, ia berjanji akan menyerahkan pusaka gada besi kuning kepada raja Basudewa. Raja Basudewa berkenan di hati. Ditya Suksara diberi ampun dan disuruh kembali ke negaranya. Kemudian raja segera pulang ke negara Mandura. Harya Prabu Rukma dan prajurit berbondong-bondong meninggalkan hutan untuk kembali ke kerajaan.
Raja Basudewa dihadap oleh para abdi istana. Para abdi dimintai keterangan tentang kejadian di dalam istana Keputren. Akhirnya diketahui hanya Mahera yang terkena kejahatan Gorawangsa. Raja menugaskan Harya Prabu Rukma untuk membunuh Mahera. Mahera dibawa ke hutan, diikuti dua abdi. Setelah sampai di hutan, Harya Prabu Rukma tidak sampai hati untuk membunuhnya. Mahera tidak bersalah, maka hanya ditinggalkannya di dalam hutan.
Harya Prabu Rukma kembali ke istana menghadap raja Basudewa. Dilaporkannya bahwa Mahera telah dibununhnya. Tiba-tiba datang Ditya Suksara menyerahkan gada pusaka. Raja berkenan. Ditya Suksara kembali ke negaranya.
Prajurit Gorawangsa kemudian datang menyerang kerajaan Mandura. Ugrasena ditugaskan memusnahkan para prajurit raksasa itu. Maka musuh pun tidak ada lagi.
Raja Basudewa hidup tenteram bersama dua isteri serta sanak saudaranya di Mandura.
RS Subalidinata. (Sumber : Lampahan Ringgit Purwa. Naskah Perpustakaan Reksapustaka Surakarta nomor D.79)
sumber:wayang.wordpres.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS